Ilham Aidit: Selama Ada Kemiskinan, Komunisme Pasti Diminati - Kolumnis

Mobile Menu

Powered by Blogger.

MARITIM

More News

logoblog

Ilham Aidit: Selama Ada Kemiskinan, Komunisme Pasti Diminati

Friday, May 27, 2016
Ilham Aidit/ Beritagar.id
Ilham Aidit putra sulungnya DN Aidit, tokoh sentral Partai Komunis Indonesia (PKI) yakin bahwa isu kebangkitan PKI adalah omong kosong belaka.

Dia malah menduga maraknya kabar PKI belakangan ini sengaja dilempar oleh orang-orang anti komunis untuk kepentingan tertentu.

"Jadi jangan berpikir linear," ujarnya.

Oleh karena itu, dia berharap agar masyarakat tidak menghabiskan energi untuk isu-isu PKI.

Berikut wawancara selengkapnya;

Anda ingin nggak sih PKI itu bangkit lagi?
Selama ada kemiskinan, paham komunisme pasti akan diminati dan menjadikan ini sebagai alternatif. Jadi itu hukum alam, bukan soal keinginan ada atau nggak. Itu alamiah. Mereka akan membenci kapitalisme, materialisme dan lain sebagainya.

Jadi kalau ada dorongan dari kalangan tertentu untuk menghidupkan kembali PKI, pemerintah tidak boleh melarang?
Siapa... Nggak ada. Saya jamin 100 persen.

Kenapa ada begitu yakin nggak ada ?
Saya tahu apa yang mereka bicarakan sehari-hari, saya tahu apa yang mereka obrolin dan bisik-bisikan. Saya tahu semua. Tidak ada satupun kalangan yang sedang berusaha mengajukan usulan kepada pemerintah untuk mengizinkan Partai Komunis Indonesia kembali lagi. Tunjuk hidung, siapa... Satu orang saja boleh.

Jadi ada gejala apa donk dibalik maraknya isu PKI?
Jadi ini termasuk isu-isu yang dilempar itu. Bahwa ada anak-anak muda yang sama sekali nggak ada kaitannya dengan PKI kemudian tertarik memahami marxisme lagi itu pasti ada. Dan itu di dunia manapun ada. Tapi saya nggak pernah bayangkan bahwa mereka akan membuat sebuah partai.

Jika melihat tren di sosial media dan atribut palu arit yang marak. Apa anda bisa juga memastikan bahwa itu omong kosong?
Saya nggak yakin tuh mereka yang buat.

Jadi hanya untuk memanaskan suasana maksud anda?
Iya. Jadi jangan berpikir linear. Saya jamin itu justru dibuat oleh mereka-mereka yang anti komunis dengan cara membagikan cerita baru, cerita yang penuh rekayasa tentang bangkitnya komunisme.

Apa keinginan anda ketika melihat fenomena ini?
Saya sangat mengharapkan pemerintah dan rakyat Indonesia itu tidak lagi menghabiskan energi untuk takut pada munculnya komunisme dan Partai Komunisme Indonesia. Tapi habiskanlah energi untuk hal-hal lain yang lebih konkret, yang menjadi ancaman negara ini. Berhentilah berpikir bahwa komunisme akan menjadi ancaman nyata bangsa Indonesia.

Kenapa?
Sudah usang itu.

Terkait proses rekonsiliasi, apa kira-kira sudah sesuai dengan yang diinginkan?
Rekonsiliasi itu seyogyanya memang harus dilakukan. Upaya pemerintah kan katanya sungguh-sungguh untuk melakukan itu. Lakukanlah terus upaya ini.

Untuk apa?
Untuk memberi pelajaran kepada generasi berikutnya bahwa konflik itu tidak boleh berkepanjangan. Tidak boleh terus menerus. Karena kalau kasus 65 tidak dapat diselesaikan dengan baik, maka itu akan menjadi beban sejarah untuk generasi berikutnya. Kita harus pikir generasi mendatang, bukan hanya sekedar baik untuk masa sekarang tapi juga untuk generasi mendatang.

Melihat kondisi saat ini, kira-kira bisa dilaksanakan nggak rekonsiliasi itu?
Makanya, maraknya kembali isu PKI dan komunisme ini itu betul-betul mengganggu agenda rekonsiliasi. Jadi memang ada orang-orang yang tidak mau terjadinya rekonsiliasi.

Barangkali ada sinyal-sinyal informal yang dikirimkan oleh pemerintah terkait hal itu?
Kalau saya sih melihat pernyataan-pernyataan resmi pemerintah. Saya melihat masih ada upaya kuat dari pemerintah untuk menyelesaikan 65 ini dengan cara yang baik lah. Yang non yudisial. Saya cuma ingin bilang, walaupun itu sulit tapi lakukanlah. Daripada sekedar membuat proses rekonsiliasi abal-abal gitu loh. Paling tidak rehabilitasi, kedua pemerintah harus mengakui bahwa peristiwa itu memang terjadi.

Pemerintah tetap harus minta maaf?
Kalau memaafkan mungkin sudah lah kita nggak usah berharap pemerintah minta maaf. Orang selalu bilang minta maaf pada PKI, padahal bukan. Tapi kepada korban kejahatan orde baru, korban pelanggaran HAM berat di masa lalu, ya Talangsari, ya Tanjung Priok, HKBP Medan, dan lainnya. Rehabilitasi layak dan pantas diberikan. Kedua, pengakuan pemerintah, ketiga, penyesuaian kembali catatan-catatan sejarah untuk menjadi catatan sejarah.

Oya, dalam hubungan bermasyarakat, selaku anaknya DN Aidit dalam hubungan sosial masyarakat bagaimana selama ini?
Kalau saya sih selalu berusaha untuk membuat orang tidak tahu siapa saya. Bersembunyi di tempat terang lah. Paling tidak, tidak dari mulut saya lah. Selama tidak ada gangguan yang sangat signifikan, kalau sms-sms rutinlah gitu. Ancaman dari ormas, itu rutinlah.

Kabarnya mertua anda dulu sempat shock juga ketika tahu anda mengaku anaknya DN Aidit. Sekarang bagaimana?
Ya, mertua saya lama-lama melihat ya pemahaman selama ini salah juga gitu lho, bahkan salah besar.